Akhir Dari Sebuah Penderitaan

" Vannesha, tunggu !! " teriak Vallent di koridor sekolah. Vannesha menghentikan langkahnya. "Ada apa lagi sich Val ??" tanya Vannesha kesel. "Elo kenapa sich Nesh ?" tanya Vallent. "Gue nggak pa-pa Val, gue baik, gue cuma lagi bete aja!! gue lagi inget ma Bram !" jawab Nesha seenaknya. "Nesh, elo pasti knapa-napa, el kok nggak cerita sich?" Vallent lama-lama kesel juga. "Val gue bilangin sekali lagi ke elo, gue nggak pa-pa, mendingan elo urusin masalah elo ma cewek elo tuh! ato, selesein dulu problem ma orang rumah, gue pergu dulu ! ujarnya sambil melangkah pergi ninggalin Vallent. "Nesh, Nesha....Vannesha......" Nesha pergi sambil menahan tangisnya. "Maafin gue Val, gue nggak bisa ceritain ini ke elo, masalah ini terlalu berat Val, gue nggak pengen nambah masalah elo Val !!"

Seminggu berlalu, makin suntut, makin bete cuma itu yang dirasain Vannesha. Vallent yang udah seminggu ini nggak telpon, kalo ketemu nggak pernah nyapa, eh dirumah lagi sudah berapa barang yang pecah karena perang panas itu. Belom lagi Bram yang kehadirannya selalu dinanti Vannesha, namun ketidak pastian selalu datang. Siang itu, Nesha nongkrong di tempat tongkrongan Vallent, dan benar si Vallent ada di situ. Pertama, Nesha cuek tapi Vallent memulai pembicaraan dengan ketus. "Nesh elo ini napa sech???" Nesha berpaling. "Lho nggak kebalik Val, elonya yang knapa, udah seminggu ini nggak nelpon, disekolah kalo ketemu nggak pernah nyapa!! " bentak Nesha ketus. "Gue nggak nelpon loe aja marah, emang gue ini sapa elo? cowok elo?" bales Vallent. "Jadi ini yang ngebuat elo keberatan sobatan ma gue? huh...! gue nggak nyangka elo kaya gini Val, inget Val gue nggak se-possesive seperti yang elo bayangin !" Nesha nggak mau kalah. "Ya udah terserah kalo itu mau elo ! ujar Vallent. "Ya dah terserah"

Sebulan berlalu, itu akhir persahabatan mereka. Vannesaha udah kacau! berbagai masalah berkecamuk dihatinya. Keadaan orang tuanya dirumah yang nggak bisa berhenti bertengkar Bram yang lagi gencar PDKT, teman-temannya yang satu demi satu mulai menghilang, meskipun mereka berada di dekat Nesha. Vallent yang setiap harinya selalu nyindir kesalahan Nesha dengan kata-kata kotor, Yup ditambah lagi nilai pelajaran Nesha yang turun drastis, padahal, sebentar lagi kan mo ebtanas? Vannesha sering dugem, gaulnya udah ngga bener, dulu yang cuma mau minum orange juice sekarang minumnya tequila, dulu yang selalu berkata tidak, pada BD ketika menyadari drugs, kini entah seolah drugs itu menjadi sahabat karibnya, sudah sering kali Nesha mencoba mengakhiri hidupnya, tapi Allah masih menginginkan hidup.

Sore itu Nesha masih nongkrong di sekolah ditemani Nia, cuma dia yang bisa ngertiin Nesha saat ini, itupun kalo dia nggak sibuk sama sahabatnya Asty. "Nesh, lo nggak pulang? udah sore nih, entar nyokap lo bingung nyariin elo !" Nesha menggeleng pelan. Gue suntuk Nia, lagian mereka mana mau peduli ma gue, mereka sibuk ama urusan mereka sendiri, gue bosen, gue capek Nia !" Nesha mengambil jarum suntik dari tasnya, lalu mencoba menyuntikkan kelengannya. Nia menampiknya. Nesh, please hentikan semua ini, elo masih.....omongan Nia di potong nesha. Enggak Nia gue tau semua itu nggak, mungkin, gue tau gue mesti survive, tapi gue nggak bisa Nia, gue udah nggak kuat!" Nesha mulai menangis.

"Nesh elo pernah bilang kan, elo suatu saat nanti pengen ngelukis dipantai kuta, pengen teriak manggi nama Bob kenceng-kenceng disana, elo nggak pengen ngewujudin semua itu Nesh?? " tanya Nia. "Ya, gue pengen, nggak suatu saat Nia. Tapi minggu depan gue akan pergi jauh!"

Sabtu, 11 Agustus 2004, hari ini hari spesial untuk Vannesha, ini hari ulang tahunnya, ia hanya bisa berharap Vallent senyum dan memberinya selamat, begitu juga Bram, Nia dan teman-temannya yang lain. Namun...kenyataan tidak seindah seperti apa yang ia bayangkan. Keadaan disekolah ketika Nesha datang tidak berubah, tetap seperti biasa, tak ada ucapan selamat, tak ada senyum, yang ada hanya cercaan dan makian dari sindiran Vallent untuknya. Nesha hanya bisa diam membisu, hingga pulang sekolah tiba. Nesha berjalan melewati koridor sekolah bersama Nia, Asty, Vanda dan Keke, Nesha berhenti melangkah, keringat dingin mengucur, tenggorokannya tercekat, Nesha tak kuasa membendung air matanya, yang lain berusaha menenangkannya. "knapa harus hari ini, knapa harus 11 Agustus ?? inikah akhir dari ketidak pastian yang selama ini slalu kunantikan?? cukup sudah penderitaanku, aku harus pergi, aku harus mengakhirinya, harus !!" ujar Nesha pelahan. "Nesh elo harus tetap tegar, mungkin Bram memang bukan punya elo ! elo harus merelakan dia kalo elo bener-bener mencintainya, elo harus bisa seneng kalo dia juga bahagia !" ucap Nia mencoba menenangkannya. "Thanks, I will survive, but I know I can't, aku harus pergi, pergi dari semua ini, aku sudah merelakannya bahagia, makasih atas semuanya, aku harus pergi!" Nesha berlari pulang meninggalkan teman-temannya. Sampai dirumah ia segera berkemas kebetulan saudaranya yang dari Bali datang, sudah seminggu disini. Nesha menghampiri mamanya lalu mencium kedua pipinya, begitu juga papanya, hal yang hampir tak pernah dilakukan Nesha. "Ma, Pa Nesha pergi dulu ya, jangan bertengkar terus. Nesha sayang banget ma kalian!" Nesha menghampiri omnya. "Om..anterin Nesha jalan-jalan yuk!" ajak Nesha. "Kamu mau kemana? kok bawa-bawa ransel segala?" tanya omnya. "udalh anterin aja", omya setuju, samapi tengah jalan, "Om anterin ke Banyuwangi, ke pelabuhan!" pinta Nesha " tapi Nesh, kamu mau kemana?" tanya Om Nesha "udalah om, Nesha mau ke Bali! om mau nganter nggak? kalo nggak Nesha turun sini aja! biar Nesha beangkat sendiri. "Omnya mau nggak mau harus setuju, sekitar jam sebelas malam, mobil mereka dateng kerumah tante Anna, rumahnya didekat panta. Begitu sampe', Nesha langsung ganti baju, teru jalan ketepi pantai, entah keberanian apa yang membuat Nesha jalan sendirian malam-malam begitu. Vannesha nggak ngelukis, Nesha hanya duduk sambil memandang ketengah samudera. Nesha nggak terika manggil nama Bob, Nesha hanya terus-menerus menyuntikkan drugs ke lengannya, terus-menerus menghisap dan menelan pil-pil setan itu, berharap agar segera keluar dari masalah ini. Nesha hanya menulis pesan kepada orang-orang yang disayanginya.....

"Dear mama & papa, maafin Nesha kalo selalu nyusahin, maafin Nesha kalau Nesha belum bisa ngasih apa-apa, Nesha sayang banget sama mama papa. Untuk Vallent...maafin gue Val, gue udah banyak ngerepotin elo, maafin gue kalo gue selalu berbuat salah, sering mbentak elo, SORRY gue minta maaf, tapi gue pingin loe ngerti, gue buka se-possesive yang elo pikirin, gue sayang elo bukan berarti gue suka elo! Untuk Bram....selamt!! jadikan dirinya yang terbaik dihatimu, aku ikut seneng!!! Untuk semua sahabatku Nia, Asty, Vanda dan Keke semunya terima kasih atas semuanya, terima kasih kalian mau dengerin aku, maafkan aku...maafin aku kalo aku nggak bisa mambahagiakan kalian!"

                                                                                                   Luv you all

                                                                                                    Vannesha

Begitu pagi tiba, tubuh Nesha sudah ditemuakn yak bernya di tepian pantai bersama kertas itu serta jarum suntik dan butir-butir pil disampingnya, penderitaannya usai sudah